The PERSON of God and the WORD of God are ONE.
Pribadi Allah tercermin lewat Perkataan-Nya.
Perkataan Allah mewakili kepenuhan Pribadi-Nya.
Jika kita menghargai Perkataan-Nya, artinya kita menghormati Pribadi-Nya.
Jika kita mengenal Pribadi-Nya, maka kita takkan ragu mempercayai Perkataan-Nya.
Orang yang suka berjanji lalu tidak menepati perkataan janjinya sendiri rasanya tidak akan mengalami kesulitan untuk mengaku-ngaku mengenal Pribadi Allah, merasa Hadirat Allah, dan mendengar Suara Allah TAPI tidak menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi Perkataan Allah YANG TERTULIS!
Segala kekacauan pengajaran dalam Kekristenan terjadi karena orang-orang sudah tidak lagi menghargai Perkataan Allah YANG TERTULIS. Dengan demikian, secara tidak langsung dan mungkin tanpa disadari, mereka sudah tidak lagi menghormati Pribadi-Nya!
Sama seperti dalam dunia bisnis, jika kontrak bisnis YANG TERTULIS itu sudah tidak dijunjung tinggi oleh salah satu dari kedua belah pihak yang terlibat, maka bisa dipastikan bahwa bisnis tersebut akan segera mengalami kekacauan.
Sama seperti dalam dunia kuliner, jika proses memasak YANG TERTULIS dalam resep tidak diikuti dengan baik, maka bisa dipastikan bhawa masakan yang sedang dimasak rasanya bakalan berantakan.
Sama seperti dalam dunia properti, jika pembangunan tidak sesuai dengan 'blue print' YANG TERTULIS, maka bisa dipastikan bahwa kualitas bangunan yang sedang dibangun tidak akah kokoh.
Demikian pula dalam dunia kerohanian, jika pengajaran yang disampaikan dari atas mimbar gereja tidak selaras lagi dengan Perkataan Allah YANG TERTULIS, maka bisa dipastikan bahwa ajaran-ajaran yang disampaikan itu berisi berbagai penyimpangan sesuai kadarnya masing-masing.
Sungguh aneh...
Kita tidak mau melakukan bisnis jika proses jual beli tidak sesuai dengan kesepakatan YANG TERTULIS.
Kita tidak mau mencicipi masakan jika hidangan yang dimasak tidak sesuai dengan resep YANG TERTULIS.
Kita tidak mau membeli properti jika rumah yang dibangun tidak sesuai dengan spesifikasi YANG TERTULIS.
Tapi kita masih mau mengamini pengajaran-pengajaran sekalipun itu tidak sesuai dengan Firman YANG TERTULIS.
Sungguh aneh...
Betul-betul aneeehhh...
Padahal kita semua tahu bahwa sekali saja YANG TERTULIS itu tidak lagi dihargai, dihormati, dan dijunjung tinggi, maka kita tidak lagi memiliki dasar yang pasti kokohnya untuk melanjutkan apapun.
Tidak!
Baik di antara sesama manusia, maupun di antara manusia dengan Allahnya.
ONLY SOMEONE WHO PUT HIGHEST APPRECIATION AND RESPECT ON BECOMING "A MAN OF HIS WORD" CAN TRULY UNDERSTAND AND HONOR WHAT "THE PERSON OF GOD AND THE WORD OF GOD ARE ONE" DOES MEAN.
Perkataan Allah mewakili kepenuhan Pribadi-Nya.
Jika kita menghargai Perkataan-Nya, artinya kita menghormati Pribadi-Nya.
Jika kita mengenal Pribadi-Nya, maka kita takkan ragu mempercayai Perkataan-Nya.
Orang yang suka berjanji lalu tidak menepati perkataan janjinya sendiri rasanya tidak akan mengalami kesulitan untuk mengaku-ngaku mengenal Pribadi Allah, merasa Hadirat Allah, dan mendengar Suara Allah TAPI tidak menghargai, menghormati, dan menjunjung tinggi Perkataan Allah YANG TERTULIS!
Segala kekacauan pengajaran dalam Kekristenan terjadi karena orang-orang sudah tidak lagi menghargai Perkataan Allah YANG TERTULIS. Dengan demikian, secara tidak langsung dan mungkin tanpa disadari, mereka sudah tidak lagi menghormati Pribadi-Nya!
Sama seperti dalam dunia bisnis, jika kontrak bisnis YANG TERTULIS itu sudah tidak dijunjung tinggi oleh salah satu dari kedua belah pihak yang terlibat, maka bisa dipastikan bahwa bisnis tersebut akan segera mengalami kekacauan.
Sama seperti dalam dunia kuliner, jika proses memasak YANG TERTULIS dalam resep tidak diikuti dengan baik, maka bisa dipastikan bhawa masakan yang sedang dimasak rasanya bakalan berantakan.
Sama seperti dalam dunia properti, jika pembangunan tidak sesuai dengan 'blue print' YANG TERTULIS, maka bisa dipastikan bahwa kualitas bangunan yang sedang dibangun tidak akah kokoh.
Demikian pula dalam dunia kerohanian, jika pengajaran yang disampaikan dari atas mimbar gereja tidak selaras lagi dengan Perkataan Allah YANG TERTULIS, maka bisa dipastikan bahwa ajaran-ajaran yang disampaikan itu berisi berbagai penyimpangan sesuai kadarnya masing-masing.
Sungguh aneh...
Kita tidak mau melakukan bisnis jika proses jual beli tidak sesuai dengan kesepakatan YANG TERTULIS.
Kita tidak mau mencicipi masakan jika hidangan yang dimasak tidak sesuai dengan resep YANG TERTULIS.
Kita tidak mau membeli properti jika rumah yang dibangun tidak sesuai dengan spesifikasi YANG TERTULIS.
Tapi kita masih mau mengamini pengajaran-pengajaran sekalipun itu tidak sesuai dengan Firman YANG TERTULIS.
Sungguh aneh...
Betul-betul aneeehhh...
Padahal kita semua tahu bahwa sekali saja YANG TERTULIS itu tidak lagi dihargai, dihormati, dan dijunjung tinggi, maka kita tidak lagi memiliki dasar yang pasti kokohnya untuk melanjutkan apapun.
Tidak!
Baik di antara sesama manusia, maupun di antara manusia dengan Allahnya.
ONLY SOMEONE WHO PUT HIGHEST APPRECIATION AND RESPECT ON BECOMING "A MAN OF HIS WORD" CAN TRULY UNDERSTAND AND HONOR WHAT "THE PERSON OF GOD AND THE WORD OF GOD ARE ONE" DOES MEAN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar